Monday, March 30, 2015
Malulah
Sahabatku, Nabi kita Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: ”alhayaa-u laa ya'tii illaa bikhoir" H.R. Imam Bukhori dan Muslim. Malu tidak akan ada, kecuali akan mendatangkan kebaikan. Dan Imam Muslim juga meriwayatkan dangan kalimat "alhayaa-u kulluhu khoir" (Rasa malu itu semuanya adalah baik). Bahkan dalam riwayat lain, Nabi Muhammad menyebutkan bahwa "istahyuu minallahi haqqol hayaa" (Malulah engkau kepada Allah dengan malu yang sesungguhnya). Kemudian Sahabat Nabi menjawab: "Kami semua malu ya Rasulallah." Nabi Muhammad menjawab: "Belum, bukan itu. Akan tetapi, malu itu adalah orang yang menjaga lidahnya, yang menjaga matanya, yang menjaga perutnya, yang menjaga kemaluannya."
Jadi, rasa malu benar-benar disanjung dan dipuji oleh Allah SWT, oleh Rasulullah SAW. Dan itulah yang akan dicabut mula-mula dari sifat seorang mu'min muslim yang akan menjadikan orang tersebut menjadi mempunyai sifat-sifat kehinaan. Dan disaat rasa malu sudah tidak ada, maka kemuliaan itu pun sudah tidak ada lagi. Maka dari itu harus kita budayakan rasa malu. Dan malu ini bukan gengsi. Kalau gengsi itu sombong. Malu disini adalah malu melakukan kemaksiatan kepada Allah SWT, malu kalau kita melanggar Allah SWT, malu kalau kita dilihat oleh Allah dalam keadaan kita melakukan sesuatu yang dimurkai oleh Allah SWT. Bukan disaat kita memakai baju jelek lalu malu, itu adalah malu yang terpuji, bukan! Akan tetapi malu yang sesungguhnya adalah lidah kita mengucapkan apa? Akankah yang kita ucapkan diridhoi oleh Allah? Mata kita melihat apa? Yang masuk ke perut kita itu darimana? Asal uang? Asal rizki? Atau kita pilah-pilah? Dan yang menjaga kemaluannya, syahwatnya, masuknya.
Maka itulah orang-orang yang akan disanjung oleh Allah, disanjung oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang tersimpulkan, terkumpulkan di dalamnya adalah segala kebaikan. Mari kita budayakan rasa malu. Yaitu malu melakukan kemaksiatan kepada Alloh SWT. Wallahu a’lam bis showab
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment